Pangeran Kentang Dan Wortelina
Disebuah desa yang bernama Desa Vegetaveloria
. Ada seorang pangeran
gagah berani bernama Kentang. Iya, dia memang seorang Pangeran dari kerajaan
Ketang Bul-bul. Wajahnya tampan seperti para pangeran yang lain. Sifatnya ramah
dan mudah bergaul dengan siapa saja. Pangeran Kentang tidak pernah
memilih-milih teman. Dia berteman dengan siapa saja. Karena Pangeran Kentang
ingin punya banyak teman.
Seperti sore ini. Walaupun diatas sana si Raja Langit sedang
menekuk wajahnya. Membuat langit sore itu menjadi lebih gelap. Sepertinya Raja
Langit akan memerintah Raja Hujan untuk bertugas.
Tapi Pangeran Kentang tetap mengayuh sepedanya dengan riang.
Dibelakangnya ada Paman Kubis dan Paman Lobak yang juga sedang mengayuh sepeda.
Mereka berdua adalah pengawal dari Pangeran Kentang.
Sesuai dengan rencananya tadi malam. Sore ini Pangeran
Kentang akan bermain ke desa Buah. Dia ingin menemui Wortelina yang sedang
menginap di rumah Bibi Tomati. Senyum diwajah Pangeran Kentang sejak tadi
merekah dengan lebar. Dia tidak sabar ingin menunjungkan sebuah main baru ke
Wortelina. Pasti Wortelina akan suka. Begitu batinnya.
Dengan semangat Pangeran Kentang memacu sepedanya lebih
kencang. Karena sepertinya Raja Hujan sudah mulai mengetukkan tongkat saktinya.
Pangeran kentang dapat merasakan rintik-rintik hujan yang jatuh mengenai
lengannya.
“pangeran bagaimana kalau kita berhenti dulu? Hujan sudah
mulai turun” usul Paman Lobak
Pangeran Kentang menggeleng “aku tidak mau paman. Aku sudah
berjanji dengan Wortelina. Aku tidak mau telat sampai rumah Bibi Tomati”
“tapi sepertinya Raja Hujan sudah menumpahkan air di
kualinya” seru Paman Kubis seraya mendongakkan kepalanya ke atas.
“maka dari itu, ayo kita ngebut paman. Tidak sampai 10 menit
lagi kita sampai” ucap Pangeran Kentang
Paman Lobak dan Paman Kubis saling memandang dan kemudian
menganggukkan kepalanya. Akhirnya mereka setuju untuk tetap maju. Walaupun di
atas sana Raja Hujan sudah menumpahkan kuali airnya.
Pangeran Kentang, Paman Lobak dan Paman Kubis sampai di
rumah Bibi Tomati dengan keadaan basah kuyub. Badan mereka mengigil. Dan dengan
cekatan Wortelina serta Bibi Tomati menyuguhkan secangkir wedang jahe untuk
mereka bertiga.
“kenapa kau nekat menerobos hujan? Bukan kah Raja Hujan
sudah menumpahkan kuali airnya?” Tanya Wortelina cemas.
Pangeran Kentang hanya tersenyum. Dia merogoh tas yang tadi
disandangnya. “ini” Pangeran Kentang menyodorkan sebuah bungkusan dari bunga
tulip.
“apa ini?” Tanya Wortelina.
“buka saja” kata Pangeran Kentang
Wortelina membuka bungkusan itu. Matanya berbinar-binar
ketika melihat benda apa yang diberikan oleh Pangeran Kentang.
“terima kasih ya” ucap Wortelina tulus disertai dengan
sebuah senyuman manis. Wajah Pangeran Kentang memerah.
“ciee wajah pangeran kenapa? Kok jadi merah seperti itu”
goda Paman Lobak.
“apa sih paman” Pangeran Kentang mengelak. Bibi Tomati,
Paman Lobak dan Paman Kubis tergelak. Sementara Wortelina hanya mengulum
senyum.
“aku juga punya hadiah untuk mu. Tunggu sini ya” Wortelina
beranjak masuk ke dalam kamarnya. Mengambil sebuah hadiah yang sudah
disiapkannya.
Di ruang tamu Pangeran Kentang menunggu. Dia penasaran
dengan hadiah apa yang akan di berikan Wortelina.
“ayo duduk di depan saja” ajak Wortelina setelah keluar
kamar. Ditangannya ada sebuah bungkusan. Pangeran Kentang berdiri dan mengikuti
Wortelina.
Mereka berdua sama-sama duduk di kursi panjang yang ada di
teras rumah Bibi Tomati. Kaki Pangeran Kentang berayun-ayun kedepan dan
kebelakang. Di sebelahnya Wortelina duduk sambil menatap rintikan hujan yang
turun dengan derasnya.
Dia selalu senang jika hujan turun. Karena menurut
Wortelina, bila hujan sudah turun berarti Raja Hujan sedang berbahagia. Ya
seperti sore hari ini. Entah apa yang sudah membuat Raja Hujan bahagia.
“ini” Wortelina menyodorkan bungkusan yang ada ditangannya.
“di buka” lanjutnya. Pangeran Kentang membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
Lalu dia mengeluarkan hadiah itu. Sebuah syal berwarna coklat. Rapi sekali.
“untuk
mu. Aku tahu kalau kau sering kedinginan saat hujan turun. Jadi syal itu untuk
membuat mu hangat. Bagaimana? Bagus tidak?” Tanya Wortelina.
Pangerang Kentang mengangguk-anggukkan kepalany. “bagus
sekali. Terima kasih ya Wortelina” ucapnya gembira.
“sama-sama. Bola kristal yang tadi juga indah” kata
Wortelina
Mereka berdua sama-sama diam. Tidak ada yang salingberbicara
karena hanyut dalam permainan musik hujan. Mengalun kerasa namaun teratur.
“wortelina” panggil Pangeran Kentang
“iya?”
“kenapa kamu sangat suka dengan hujan? Kan hujan itu membuat
kita kedinginan?” Tanya Pangeran Kentang.
Wortelina mengulum senyum. “karena hujan itu indah” jawabnya
mantap. Pangeran Kentang melongo. “kok bisa begitu?”
“ya menurutku hujan itu indah. Coba saja kau lihat. Mereka
turun dari atas langit dengan perlahan kan. Pertama kali mereka turun, mereka
turun ke bumi seorang diri. Kemudian setelah Raja Hujan menumpahkan kuali
airnya. Mereka jadi banyak. Teman-teman mereka saling bersatu. Mereka menjadi
koloni Raja Hujan yang hebat. Membahasi bumi secara bersama-sama. Bersama-sama
bergandengan tangan” seru Wortelina dengan riang. Dia selalu senang bila ada
yang bertanya seperti ini.
“lalu kenapa kau bisa suka?” Tanya Pangeran Kentang
“karena bila hujan turun. Aku bisa mendengar alunan musik
indah yang ada hanya disaat hujan turun” Wortelina tersenyum.
Pangeran Kentang menggaruk belakang kepalanya yang tidak
gatal. “aku tidak mengerti”
“oh
baiklah. Kau ikuti aku ya” Wortelina memejamkan matanya. Disebelahnya Pangeran
Kentang mengikuti apa yang dilakukan Wortelina, memejamkan mata. “dengarkan
suaranya” bisik Wortelina.
Pangeran Kentang mengikuti. Perlahan telinganya mulai
mendengar suara-suara tetesan hujan yang jatuh diatas daun, diatas genting
rumah, jatuh tepat ketanah, diatas batang pohon, dimana-mana. Pangeran Kentang
bisa mendengarnya. Dan suara-suara itu terdengar mengalun dengan teratur.
Indah.
“bagaimana?” Tanya Wortelina yang sudah membuka matanya.
Pangeran Kentang membuka matanya. “aku mendengarnya. Indah
sekali ya” ucapnya girang
“tuh kan apa aku bilang. Hujan itu indah”
Mereka berdua sama-sama terdiam lagi. Menikmati suara-suara
rintikan hujan yang sudah mulai mereda. Sama-sama menikmatinya.
“kau menciumnya tidak?” Tanya Pangeran Kentang. “ya aku
menciumnya. Hmm bau tanah yang kena hujan. Segar” seru Wortelina
“sedap”
“lalu menyegarkan”
“indah”
Mereka berdua mulai bersahut-sahutan menyerukan pendapat
mereka mengenai bau hujan. Kemudian tertawa bersama-sama ketika menyadari hal
konyol yang mereka lakukan.
“ayo” Pangeran Kentang menarik Wortelina ketengah-tengah
hujan. “basah” seru Wortelina “tidak apa-apa. Aku ada di sini.aku juga basah”
balas Pangeran Kentang
Mereka berdua menari-nari dibawah guyuran hujan. Menikmati
tetesan air hujan yang tumpah dari kuali air Raja Hujan. Tidak peduli dengan
status hidup masing-masing. Dibawah guyuran hujan mereka berdua bebas menjadi
diri mereka sendiri. Bebas.
“wortelina kau cantik” seru Pangeran Kentang berteriak dan
berlari menghindar saat Wortelina akan menagkapnya.
“kau juga tampan. Terima aksih ya” seru Wortelina juga
berteriak.
Mereka berdua sama-sama tersenyum bahagia. Dibawah guyuran
hujan ini akan menjadi sebuah kenangan indah tersendiri.